CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »
بسم الله الرحمن الرحيم

Perihal Dengki

Dari Anas r.a bahawanya Nabi saw bersabda: "Janganlah engkau semua saling benci-membenci, saling dengki-mendengki, saling belakang-membelakangi dan saling putus-memutuskan - ikatan persahabatan atau kekeluargaan dan jadilah engkau semua hai hamba-hamba Allah sebagai saudara-saudara. Tidaklah halal bagi seseorang Muslim kalau ia meninggalkan yakni tidak menyapa saudaranya lebih dari 3 hari ." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Hurairah r.a bahawasanya nabi saw bersabda: "Takutlah engkau semua pada sifat dengki atau irihati, sebab sesungguhnya dengki itu dapat makan yakni menghabiskan kebaikan -kebaikan sebagaimana api makan kayu bakar"... (HR Abu Dawud)

Seseorang yang tidak gembira kalau saudaranya mendapatkan sesuatu, sedangkan ia sendiri akan gembira jika memperolehinya, maka orang yang sedemikian itu disebut orang dengki.

Menurut Imam Ghazali, kedengkian itu ada 3 macam iaitu:
  1. menginginkan agar kenikmatan orang lain itu hilang dan ia yang ganti mendapatkannya
  2. menginginkan agar kenikmatan orang lain itu hilang sekalipun ia tidak dapat ganti memperolehinya baik kerana merasa mustahil bahawa dirinya akan dapat menggantikannya atau memang sukar mendapatkannya atau sebab2 lain. Keinginannya, asal saja orang itu jatuh, ia akan gembira. Ini adalah lebih jahat dari kedengkian yang pertama.
  3. tidak ingin kalau kenikmatan orang lain itu hilang tetapi ia benci kalau orang itu akan melebihi kenikmatan yang dimilikinya sendiri. Inipun terlarang sebab jelas tidak redha dengan apa2 yang dikurniakan oleh Allah swt.
Ada suatu sifat lain yang bentuknya seolah-olah dengki tetapi samasekali bukan termasuk kedengkian , bukan pula suatu sifat yang buruk dan jahat sebaliknya merupakan sifat utama dan terpuji. Sifat itu dinamakan Ghibthah.

Ghibthah ialah suatu kesedaran atau suatu keinsafan yang tumbuh dari akal fikiran manusia yang berjiwa besar dan luhur. Ia sedar dan insaf akan kekurangan yang ada di dalam dirinya kemudian setelah menyedari hal itu, ia lalu bekerja keras, berusaha bersungguh-sungguh agar dapat sampai kepada apa-apa yang telah dapat dicapai kawannya , tanpa disertai kedengkian dan iri hati. Sekalipun ia menginginkan untuk mendapatkan apa yang telah didapati oleh orang lain, namum hatinya tetap bersih, sedikitpun tidak mengharapkan agar kenikmatan orang lain itu lenyap atau hilang daripadanya. 

Manusia yang bersifat ghibthah sentiasa menginginkan petunjuk dan nasihat, berusaha mencari jalan yang harus ditempuhnya untuk menuju kepada cita-citanya itu.

Dapat dimengertikan bahawa dengki hanya dimiliki oleh manusia yang berjiwa rendah yang mendorongnya untuk berangan-angan bagi mendapatkan kenikmatan yang dimiliki orang lain, tetapi ghibthah sebaliknya pendorong utama untuk beramal dan berusaha agar mendapat kebaikan dan kenikmatan yang diidam-idamkan, tetapi samasekali tidak disertai oleh rasa ingin melakukan sesuatu keburukan apapun pada orang lain. Ia ingin sama-sama hidup dan bekerjasama secara baik. 

Oleh itu dengki adalah sifat tercela sedangkan ghibthah adalah terpuji dan pengghibthah adalah seorang yang terhormat. Wallahua'lam.