Persepsi setiap individu adalah berbeza. Semua terpulang pada diri masing2. Kita bebas nak anggap orang tu bagus atau tak bagus, sempurna atau sebaliknya. Namun yang pasti sebelum membuat pelbagai andaian, pastikan dulu adakah perasaan kita terhadapnya neutral. 'Kosong-kosong' kata orang. Jangan awal-awal lagi dah siap-siap berfikiran negatif bila melihat tingkah-laku seseorang yang tidak menepati kehendak kita. Mulakan dengan berbaik sangka.
Dalam kita bersilaturrahim antara sahabat, keluarga, ipar-duai, jiran tetangga dan sebagainya, ada masanya kita merasa tertekan dengan berbagai kerenah dan percakapan ketika masing-masing bersua muka. Dalam ramai-ramai mesti ada seorang dua yang memang kaki mengutuk atau kaki mengata. Kerja hanya suka meresahkan orang. Dari dulu sampai sekarang tak berubah-ubah, suka cakap lepas. Tak kira bagaimana perasaan orang yang mendengarnya samada terhiris atau terluka. Wajah tak pernah nak tunjuk manis. Cengeng memanjang. Keburukan orang lain saja yang nampak malahan dicari tanpa mengingat keburukan yang mungkin saja ada pada diri sendiri. Susah juga kalau kita ni hidup asyik nak mencari silap orang, sedangkan mungkin ada terselit kebaikan dalam diri seseorang itu tapi yang sentiasa nampak keburukannya saja.
Saya pernah terbaca satu pepatah... "bila kita memandang sehelai kertas putih yang ada satu titik dakwat hitam, yang kita nampak sudah tentu titik hitam itu saja. Kita dah tak kisah tentang kertas yang berwarna putih itu, yang kita nampak dan ambil kira hanya titik hitam itu saja". (Perumpamaan pepatah ini ada saya gunakan ketika menasihati anak saya yang kadang-kala merungut tentang sikap seorang dua kawannya yang sering cari pasal di sekolah...biasalah tu anakku, adat berkawan...)
Rasa riak dan sombong tidak ke mana sebenarnya. Kesudahannya hanya akan memberi padah pada diri sendiri. Beruntunglah jika kita dikurniakan Allah seorang 'kepala keluarga' yang baik dan mampu mendidik dan mengajak kita menjadi insan yang InsyaAllah lebih baik dari masa ke semasa. Sebaliknya, malanglah jika kebetulan seseorang yang ternyata kurang baik perilaku dan akhlaknya kemudian mendapat jodoh dengan suami yang satu kepala pula dengannya. Jadi makin terbabas lah perilaku yang sedia ada. Orang sebegini biasanya hanya menganggap dirinya saja yang sempurna dan tiada cacat-cela.
Sesungguhnya manusia memang dijadikan lemah. Kita sebagai hamba Allah memang tidak sempurna 100%. Ada baik dan ada buruknya. Namun hakikatnya kita tidak boleh mengenepikan kewajipan untuk terus cuba memperbaiki kelemahan yang ada. Mesti usaha melawan segala rasa hasad, dengki, irihati, buruk-sangka dan segala bentuk sifat mazmumah. Jika itu tercapai barulah akan terbit keluhuran hati dalam bersilaturrahim, rasa cinta, kasih-sayang dan kekeluargaan. Nawaitunya hanyalah semata-mata untuk meraih keredhaan Allah Taala.
Abu Zar r.a, katanya: "Rasulullah s.a.w bersabda kepada saya:
"Janganlah engkau menghinakan sesuatupun dari amal kebaikan - yakni sekalipun tampak kecil, janganlah tidak dilakukan, meskipun andaikata engkau bertemu saudaramu dengan menunjukkan wajah manis," - atau berseri-seri tanda bersuka cita ketika bertemu itu.
(Riwayat Muslim)
"Janganlah engkau menghinakan sesuatupun dari amal kebaikan - yakni sekalipun tampak kecil, janganlah tidak dilakukan, meskipun andaikata engkau bertemu saudaramu dengan menunjukkan wajah manis," - atau berseri-seri tanda bersuka cita ketika bertemu itu.
(Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a., bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah mempereratkan hubungan kekeluargaannya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah mengucapkan yang baik ataupun berdiam diri saja - kalau tidak dapat mengucapkan yang baik." (Muttafaq 'alaih)
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah mempereratkan hubungan kekeluargaannya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah mengucapkan yang baik ataupun berdiam diri saja - kalau tidak dapat mengucapkan yang baik." (Muttafaq 'alaih)